Selalu ada pesan yang tersembunyi dari setiap peristiwa yang terjadi.
- Ketika Sipadan dan Ligitan berpindah tangan ke Malaysia, kami belajar untuk lebih mencintai dan menjaga ribuan pulau yang Indonesia miliki,
- Ketika banyak tenaga kerja Indonesia dipekerjakan dan diperlakukan secara tidak manusiawi, kami belajar untuk bisa lebih mempersiapkan sebuah negeri yang bisa memberi lapangan pekerjaan bagi warga negaranya sendiri,
- Ketika mendengar banyak kayu ilegal mengalir ke Malaysia kami belajar akan pentingnya memiliki keamanan perbatasan yang kuat dan aparat yang jujur tidak mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompoknya.
- Ketika iklan pariwisata Malaysia lebih menarik dan menyedot banyak turis asal Indonesia kami belajar untuk lebih bisa memaksimalkan koordinasi dan potensi pariwisata di negeri ini.
- Ketika beberapa oknum polisi Diraja Malaysia mengeroyok seorang wasit karate dari Indonesia kami belajar bahwa semakin hari negeri kita ini semakin tak dihargai apalagi ditakuti.
Malaysia telah dijadikan tuhan sebagai cermin, agar bangsa Indonesia segera berbenah diri.
Mengapa kita harus membenci?
Mari kita segera BERTINDAK, memperbaiki diri, agar kembali menjadi negara yang dihargai, jika tidak, makin parah kondisi yang akan dialami anak cucu kita nanti.
Mari kita melihat tahi sebagai pupuk yang bisa punya manfaat tinggi (hehehe, biar Rhyming)
Salam,
Indah dan Iwan Esjepe
Bintaro, malam... hampir pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar