TINDAKAN adalah aktualisasi dari kata-kata. (W.S Rendra)

INDONESIA BERTINDAK adalah sebuah langkah kecil yang dimulai oleh sepasang suami-istri yang mendambakan kembalinya sebuah kebanggaan dari seluruh rakyat pada bangsa dan negaranya.

INDONESIA BERTINDAK adalah sebuah gerakan nyata yang bertujuan mewujudkan tindakan dalam menciptakan perbaikan, kekompakan dan kebersamaan pada bangsa Indonesia yang sedang berjuang lepas dari masa-masa sulit sekarang ini.

INDONESIA BERTINDAK senantiasa berusaha mengangkat issue yang berhubungan langsung dengan kebutuhan rakyat dan kebanggaan atas negara tanpa berdiri di atas kepentingan agama, suku,partai atau golongan atau ras tertentu.

INDONESIA BERTINDAK tidak mewakili suara pemerintah Republik Indonesia.


Salam,


Indah dan Iwan Esjepe
iwan_esjepe@yahoo.co.id
Phone : 0888-8-17-1945

Senin, 31 Maret 2008

Ayo kita kabarkan pada dunia!


Selamat pagi Indonesia...
Selamat pagi kawan-kawan...

Langsung saja pada pokok permasalahan,

Bekerja sama dengan milis CREATIVE CIRCLE INDONESIA: creative_circle_ind@yahoogroups.com dan IMAGO School of modern Advertising, INDONESIA BERTINDAK mengadakan sebuah lomba pembuatan iklan "propaganda" Travel Warning: Indonesia, Dangerously Beautiful", sebuah langkah yang kami harap bisa memberikan kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk bertindak nyata bagi Indonesia, menciptakan komunikasi berkualitas bagi kampanye untuk mengembalikan kegemilangan negeri ini.

Curahan pikiran tenaga dan keahlian Anda dalam membuat sebuah pesan pada dunia bahwa Indonesia terlalu indah untuk dihindari sangat kami nantikan.

Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk membela negaranya.

Perbaikan citra Indonesia, adalah tanggung jawab kita semua.

Kami tungggu karya Anda, sebagai pembelaan pada Indonesia.

Penjurian dan hadiah lomba juga bisa dilihat di file: creative_circle_ind@yahoogroups.com

Bassic brief :

Background :

Di mata dunia internasional, image Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang sangat menghawatirkan. Khususnya di bidang pariwisata, Indonesia mendapat pukulan yang sangat telak, banyak negara memasukkan negeri ini dalam daftar negara yang berbahaya untuk dikunjungi.

Kondisi seperti ini tak hanya berdampak buruk bagi industri pariwisata Indonesia secara khusus, tetapi lebih besar juga pada kondisi perekonomiannya.

Indonesia is a DANGEROUS country masih dan selalu didengungkan, banyak turis dan calon penanam modal yang ragu untuk datang ke negeri ini. Beberapa negara tetangga banyak memetik keuntungan dari perlakuan Travel warning dari negara-negara seperti Amerika, Uni Eropa, Australia dan lainnya.

Objective :

Perbaikann total harus dilakukan, salah satu titik penting yang perlu kita benahi adalah memperbaiki citra melalui komunikasi pengembalian citra baik tersebut.

Action :

Perlu adanya upaya Switching image pada seluruh warga dunia, dari Indonesia,
a DANGEROUS country menjadi Indonesia DANGEROUSLY BEAUTIFUL country, sebuah negeri dengan kecantikan tiada tara.
Tone and manner :

Positif statement tanpa terjebak menjadi "Uber alles" (apa nih istilah benernya)

“Several countries have issued travel warnings not to visit to Indonesia.
Its now your time to make a statement that Indonesia is too beautiful to be passed”.

Salam hormat,

indah dan iwan esjepe
Prev:

Rabu, 19 Maret 2008

Bandung, api semangat itu masih menyala

Jakarta, 24 Nopember 2007 (hampir tengah malam)

Perjalanan Jakarta - Bandung sekarang memang bisa ditempuh dengan waktu lebih cepat, Tol Cipularang mendekatkan jarak dua kota itu, namun walau kini lebih dekat dan bisa ditempuh lebih cepat, kaki ini tetap saja merasa pegal.

Malam sudah hampir menjelma pagi, tapi justru kantuk tak kunjung tiba.
Tak bisa tidur saya malam ini.

Sosialisasi kembali akan keindahan negeri melalui kampanye Travel Warning: Indonesia, Dangerously Beautiful tadi siang baru saja kita lakukan, disupport penuh oleh puluhan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Bandung, gerakan ini kita mulai dari lokasi kumpul di Super Indo Dago, dulu tempat ini lebih dikenal dengan sebutan Gelael, ya mungkin karena pernah ada toko milik keluarganya Ricardo Gelael di tempat itu itu.

Rasa lelah menyetir mobil dari Jakarta, langsung hilang saat melihat wajah-wajah teman mahasiswa yang berdatangan, mayoritas mereka tiba dengan mengendarai motor, ada juga beberapa yang turun dari angkutan umum. Tanpa mengharap (dan memang tidak ada) bayaran sepeser pun mereka bersedia meluangkan waktu dan memberikan tenaganya.

Brief singkat, tanya jawab pendek soal pengaturan jalur penyebaran sticker berlangsung cepat. Tak cuma membagikan, mereka juga memberi penjelasan tentang kampanye yang sedang dilakukan.

Kata pembuka yang sering kita berikan berupa pertanyaan, "Apakah bapak/ibu/Anda cinta pada Indonesia?" Biasanya orang yang kita tanya itu akan memelototi kita, matanya terbelalak dan merasa seolah diragukan cintanya pada negeri ini, banyak yang langsung menjawab, "Iya dong, Indonesia tanah airku!". Ada juga yang memberi respon, "Selalu, saya selalu cinta sama Indonesia".

Dari semua jawaban yang kita dengar hari ini, jawaban seorang kakek yang sudah sangat tua di kawasan Braga terdengar agak berbeda "Aki mah ti baheula 100% Indonesia, moal robah. Batur aki nggeus loba nu gugur, era mun ayuena teu cinta deui ka Indonesia mah. Era ka babaturan aki nu ayeuna di Cikutra (taman makam pahlawan)", begitu ucapnya.

Di sorot coklat keruh matanya masih terlihat semangat lautan api, saat kita tanya, "Tahun berapa aki perang?", dengan jelas dia menjawab lantang, "Bulan Maret, 46!"

Saya jadi penasaran, apa betul kakek itu benar terlibat dengan peristiwa perjuangan bersama Mohammad Toha. (Tapi saya urung melihat buku sejarah, saya percaya sepenuhnya, kakek tua itu pernah berjuang dan masih cinta dengan negeri yang pernah dibelanya dengan menyabung nyawa).

Sayang saya lupa bertanya nama dan alamat lengkapnya, sebelum berpisah, kakek tadi sempat minta beberapa sticker tambahan, "Untuk incu aki, biar makin bisa jaga negeri ini".

Kakek tua itu lalu memasukkan sticker ke dalam saku safari hijau kumalnya, memberi senyum, lalu melangkah pergi menjauh. Melihat punggung bungkuk dan langkahnya yang terlihat terseret, air mata saya pun tiba-tiba jatuh (Ya, Allah, semoga keinginan kakek tua itu akan sebuah negeri yang terjaga baik bisa terwujudkan).

Peristiwa lain adalah saat kita ketemu dengan seorang banci di sebuah perempatan jalan, bertemu dengan sekelompok murid SD yang sedang akan latihan sepak bola, dengan kang dadang yang memulung di sekitar Gasibu, dengan teman-teman pedagang kaki lima di sekitar Dago yang dengan sukarela mempersilakan kita menempelkan sticker di gerobak dagangannya, dengan para pengamen, para pengemudi angkot dan beberapa turis yang kami temui keluar-masuk Factory outlet.

Rasa salut, hormat dan sayangku untuk adik-adik mahasiswa yang tadi siang mengabaikan panas, mengajak semua orang kembali memperbaiki negerinya. Semangat itu juga yang membuat pegal kaki saya hilang.
Siapa lagi yang bisa membela/memperbaiki negeri ini selain kita, rakyat Indonesia.

Kakek tua tadi, teman-teman mahasiswa (dan kita) pasti tak akan hidup selamanya, namun semangat Bandung, semoga tetap bisa kita jaga kelangsungannya..

Aaah!!!
Seandainya saja saya tadi sempat, ingin rasanya mengajak kakek tua itu bernyanyi;

Halo-halo Bandung...Ibukota Periangan
Halo-halo bandung... Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta, tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
MARI BUNG REBUT KEMBALI !!!

(Cengeng!! kenapa air mata saya jatuh lagi!?)


Salam perjuangan,

indah dan iwan esjepe

TRAVEL WARNING : INDONESIA, DANGEROUSLY BEAUTYFUL



Dimuat di KABAR Indonesia Vol II Issue 13, 2007


“the books about Indonesia are books about the bad things: JI, GAM, etc. If I erased everything I know about Indonesia and just read these books, I’d think it’s like Uganda… I don’t want to go there!”

ACTION FOR INDONESIA

Indonesia Bertindak: spreading a positive virus.

Moved by longing for the return of national pride for the whole nation, for the improvement, solidarity and togetherness, Jakarta based Iwan and Indah Esjepe are the founders of Indonesia Bertindak (Action for the Nation). Their aim is to raise awareness and provoke people into action on issues directly connected to the needs and to the pride of the nation, without promoting the interests of any particular religion, ethnicity, political party or race.

Prior to starting his own communications company, ideasphere, Iwan career took him from journalism, to copywriting, to the role of Creative Director at several international advertising agencies. He met his wife Indah at Grey, where she was an art director.

Their initiative, Indonesia Bertindak, is an umbrella movement for issues related to economic, political and social problems. Iwan’s message to his fellow citizens is simple: “Stop crying, stop complaining, let’s do something!”

In December 2004, the couple was in holidays in Bali when the tsunami hit Aceh. “A lot of friends got in touch wondering “What can we do?” says Iwan. It seemed that there was no coordination, and to compound this, a lot of people didn’t trust the government to give adequate assistance. Iwan start collecting donations and looking for ways to raise funds. The first action taken by Indonesia Bertindak was to make a t’shirt, across which was emblazoned “I heart NAD” (Nangroe Aceh Darussalam). Iwan and Indah sold the t’shirt and sent 100% of the fund raised to Aceh.

“Then when the Jogya earthquake happened, people asked, ‘where are your t’shirts? I want to do something but I don’t know what to do.”

Iwan discovered that, after food and medicine were provided, one of the most sought- after commodities in Jogya was clean underwear. He fondly recalls going to the market to purchase almost 10 dozen pink bras for the cause. “With friends, we also helped to build a school there – now there is an engraved stone at that school, dedicated to us,” he says enthusiasthcally.

Having been involved in these emergency situations, Iwan and Indah started to wonder why it always seemed that it was necessary for disaster to strike before people would be inspired to positive action. They decided to find an issue that is important for this country and were struck by how the tourism industry has suffered in recent years. “Even if bombs are happening elsewhere, it still bad impact on Bali,” sighs Iwan.

The negative images of the country that proliferate through the internet are overwhelming at times; whether of natural disasters, bombmakers or bloodshed. “Even in Kinokuniya,” says Iwan, “the books about Indonesia are books about the bad things: JI, GAM, etc. If I erased everything I know about Indonesia and just read these books, I’d think it’s like Uganda… I don’t want to go there!”

He and his wife took their professional experience in playing with words and put it to good use to come up with their own style of Travel Warning, with the tagline “Dangerously Beautiful”. It’s a striking, catchy statement; so much so that a Bali friend warned Iwan to register the design before people started to copy it. Iwan’s response to this indicative of the couple’s altruistic commitment to the movement. “If they copy it, more people will see. That’s a good thing.” On the other hand, if people buy the bags and t’shirt with the original design, it helps to support the movement. “We just want to be cheerleaders for the Indonesian people: we are a big nation, so why not work together?”

“We don’t say that we are safe, because nowhere is safe. But in other countries, you don’t see a travel warning because the government can’t protect even one university for example,” he says, referring to the recent shootings at Virginia Tech.

Iwan sees a major problem in the fact that there doesn’t seem to be enough between the Foreign Ministry and the Ministry of Tourism. “I don’t want to blame them, so I said to my wife, let’s do something.”

Indonesia Bertindak seeks to have a positive impact on 2 levels; firstly, to make Indonesians more proud of their own country, and secondly, to give foreigners new prespective on Indonesia. Speculating on the current frailty of Indonesian national pride, Iwan looks first to the economic situation. “People think about their stomachs first.” A second issue is coordination; while various people have their own strategies on how to boost the nation, there is no grand strategies such as exist in Malaysia.

The Indonesian people do love this country,” concludes Iwan. “They just don’t know how to express it sometimes”.

Note:

KABAR Indonesia is the official publication of the Jakarta International Community Center.

(A zillion thanks to Jan and Avi, KABAR Indonesia Magazine)

Maklumat, INDONESIA mendambakan Anda



Indonesia Bertindak mengajak semua warga negara Indonesia, baik yang berada di Indonesia maupun yang sedang berada di luar negeri untuk bisa meluangkan waktu, mencurahkan pikiran dan tenaga bagi perbaikan kondisi negeri ini. Usaha sekecil apapun akan sangat berarti apabila bisa kita kerjakan secara bersama, paduan dari kemampuan banyak individu yang disinergikan niscaya akan menjadi sebuah kekuatan yang tak pernah dibayangkan.

Sebuah gunung tinggi menjulang, tak lebih dari ratusan juta milyar pasir yang saling erat melekat, jutaan individu yang bersatu, akan bisa menyelesaikan semua masalah yang menghadang.

Indonesia mendambakan Anda.

Indonesia bertindak menerima saran, ide dan tindakan-tindakan positif sekecil apapun bagi tersegerakannya kembalinya kejayaan
Republik Indonesia.

Jadilah Cheerleader bagi perbaikan kondisi bangsa dari/di lingkungan terkecil Anda.

Memulai dari diri sendiri adalah langkah awal perbaikan negeri ini.

Salam perjuangan,

Indah dan Iwan Esjepe